Saat berlibur ke negara non-Muslim, salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh wisatawan Muslim adalah mencari kuliner halal. Kuliner halal adalah makanan dan minuman yang sesuai dengan syariat Islam, baik dari segi bahan, cara pengolahan, maupun penyajian. Bagi wisatawan Muslim, kuliner halal bukan hanya menjadi kebutuhan, tetapi juga menjadi bagian dari pengalaman wisata yang menyenangkan.

Namun, mencari kuliner halal di negara non-Muslim tidaklah mudah. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, seperti jenis makanan, cara penyembelihan, sertifikat halal, bahasa, budaya, dan lain-lain. Oleh karena itu, wisatawan Muslim perlu menyiapkan strategi untuk menemukan kuliner halal yang sesuai dengan selera dan kantong mereka.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh wisatawan Muslim untuk mencari kuliner halal saat berlibur di negara non-Muslim:

Lakukan riset sebelum berangkat

Salah satu cara untuk memudahkan pencarian kuliner halal adalah dengan melakukan riset sebelum berangkat. Riset ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  • Membaca artikel atau blog tentang kuliner halal di negara tujuan. Artikel atau blog ini biasanya memberikan informasi tentang jenis makanan, lokasi, harga, dan ulasan dari wisatawan Muslim lainnya.
  • Menghubungi pemandu wisata lokal atau teman yang pernah berkunjung ke negara tujuan. Mereka dapat memberikan rekomendasi atau tips tentang tempat makan halal yang terbaik dan terpercaya.
  • Mengunduh aplikasi khusus untuk mencari kuliner halal. Aplikasi ini biasanya memiliki fitur seperti peta, daftar restoran halal, menu, rating, dan ulasan dari pengguna lainnya. Beberapa contoh aplikasi ini adalah HalalTrip, Zabihah, Halal Navi, dan Muslim Pro.

Pilih makanan vegetarian atau seafood

Jika kesulitan menemukan makanan halal yang berbahan dasar daging hewan, wisatawan Muslim dapat memilih makanan vegetarian atau seafood sebagai alternatif. Makanan vegetarian adalah makanan yang tidak mengandung daging hewan sama sekali, seperti sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan, biji-bijian, dan produk olahan seperti tahu dan tempe. Makanan seafood adalah makanan yang berbahan dasar ikan atau hewan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, kerang, dan kepiting.

Makanan vegetarian dan seafood umumnya lebih mudah ditemukan dan lebih aman dikonsumsi oleh wisatawan Muslim di negara non-Muslim. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

  • Pastikan makanan vegetarian atau seafood tidak dicampur dengan bahan haram lainnya, seperti daging babi, alkohol, anggur masak, atau lemak hewani.
  • Pastikan alat masak dan alat makan yang digunakan untuk mengolah dan menyajikan makanan vegetarian atau seafood tidak terkontaminasi dengan bahan haram lainnya.
  • Pastikan makanan vegetarian atau seafood tidak digunakan untuk tujuan selain Allah SWT atau sebagai sesajen untuk dewa-dewa lainnya.

Cari label atau logo halal

Salah satu cara paling mudah untuk memastikan kehalalan sebuah makanan adalah dengan mencari label atau logo halal pada kemasan atau tempat makan. Label atau logo halal adalah tanda yang menunjukkan bahwa sebuah makanan telah disertifikasi oleh lembaga resmi yang berwenang untuk mengeluarkan sertifikat halal. Label atau logo halal biasanya berbentuk tulisan “halal” dalam bahasa Arab atau Latin, atau gambar bulan sabit dan bintang.

Namun, tidak semua negara non-Muslim memiliki lembaga sertifikasi halal yang resmi dan terpercaya. Oleh karena itu, wisatawan Muslim perlu berhati-hati dan teliti dalam membaca label atau logo halal. Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:

  • Pastikan label atau logo halal berasal dari lembaga sertifikasi halal yang diakui oleh otoritas Islam di negara tujuan atau negara asal. Beberapa contoh lembaga sertifikasi halal yang terkenal adalah MUI (Indonesia), JAKIM (Malaysia), MUIS (Singapura), IFANCA (Amerika Serikat), dan HMC (Inggris).
  • Pastikan label atau logo halal mencantumkan informasi lengkap tentang nama produk, nama produsen, nomor sertifikat, tanggal kadaluarsa, dan syarat-syarat lainnya.
  • Pastikan label atau logo halal tidak rusak, palsu, atau kedaluwarsa.

Gunakan bahasa universal

Jika tidak menemukan label atau logo halal, wisatawan Muslim dapat bertanya langsung kepada penjual atau pelayan tentang bahan dan cara pengolahan makanan. Namun, hal ini dapat menjadi sulit jika terdapat hambatan bahasa. Oleh karena itu, wisatawan Muslim perlu menggunakan bahasa universal yang dapat dipahami oleh orang-orang di negara tujuan.

Bahasa universal adalah bahasa yang memiliki penggunaan dan pemahaman yang luas di berbagai negara, seperti bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Mandarin, atau bahasa Prancis. Wisatawan Muslim dapat menggunakan bahasa universal ini untuk berkomunikasi dengan penjual atau pelayan dengan cara seperti:

  • Menunjukkan gambar atau simbol yang menggambarkan bahan atau cara pengolahan makanan yang diinginkan atau dihindari. Misalnya, menunjukkan gambar babi untuk menanyakan apakah makanan mengandung daging babi atau tidak.
  • Menyebutkan nama bahan atau cara pengolahan makanan dalam bahasa universal yang dipahami oleh penjual atau pelayan. Misalnya, menyebutkan kata “halal” dalam bahasa Arab untuk menanyakan apakah makanan disertifikasi halal atau tidak.
  • Menggunakan aplikasi penerjemah online untuk menerjemahkan pertanyaan atau jawaban dari dan ke bahasa universal yang dipahami oleh penjual atau pelayan. Misalnya, menggunakan aplikasi Google Translate untuk menerjemahkan pertanyaan dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris.

Bawa bekal sendiri

Jika semua cara di atas tidak berhasil atau tidak memuaskan, wisatawan Muslim dapat membawa bekal sendiri dari negara asal atau membeli makanan kemasan yang sudah terjamin kehalalannya di negara tujuan. Membawa bekal sendiri dapat menghemat biaya dan waktu, serta menghindari risiko mengonsumsi makanan haram. Namun, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti:

  • Pastikan bekal yang dibawa tidak melanggar aturan bea cukai di negara tujuan. Beberapa negara memiliki aturan ketat tentang jenis dan jumlah makanan yang boleh dibawa masuk ke negaranya. Beberapa contoh makanan yang sering dilarang adalah daging mentah, buah-buahan segar, susu, dan telur.
  • Pastikan bekal yang dibawa memiliki masa simpan yang lama dan mudah disimpan. Beberapa makanan dapat cepat basi atau rusak jika tidak disimpan dengan baik. Beberapa contoh makanan yang memiliki masa simpan yang lama dan mudah disimpan adalah roti, biskuit, kue kering, abon, dendeng, dan sarden.
  • Pastikan bekal yang dibawa memiliki kandungan gizi yang seimbang dan cukup. Beberapa makanan dapat menyebabkan kekurangan gizi

Bekal yang dibawa juga harus memiliki kandungan gizi yang seimbang dan cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh selama berlibur. Beberapa makanan dapat menyebabkan kekurangan gizi atau kelebihan kalori jika dikonsumsi secara berlebihan. Beberapa contoh makanan yang memiliki kandungan gizi yang seimbang dan cukup adalah nasi, lauk pauk, sayur, buah, susu, dan telur.  


Sebagai penutup, wisatawan Muslim dapat membawa bekal sendiri sebagai salah satu strategi untuk mencari kuliner halal saat berlibur di negara non-Muslim. Bekal yang dibawa harus memperhatikan aturan bea cukai, masa simpan, dan kandungan gizi. Dengan begitu, wisatawan Muslim dapat menikmati liburan mereka tanpa khawatir tentang makanan yang mereka konsumsi.

Demikianlah beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh wisatawan Muslim untuk mencari kuliner halal saat berlibur di negara non-Muslim. Semoga artikel ini bermanfaat dan selamat berlibur!