Nilai valas atau nilai tukar mata uang asing adalah perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Nilai valas sangat penting dalam kegiatan ekonomi internasional, seperti perdagangan, investasi, pariwisata, dan lain-lain. Nilai valas juga mempengaruhi daya saing, inflasi, neraca pembayaran, dan pertumbuhan ekonomi suatu negara.

Nilai valas tidak tetap, melainkan berfluktuasi sesuai dengan permintaan dan penawaran di pasar valas. Permintaan dan penawaran valas dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari dalam maupun luar negeri. Faktor-faktor tersebut dapat bersifat ekonomi maupun politik. Artikel ini akan membahas beberapa faktor ekonomi dan politik yang memengaruhi nilai valas, yaitu suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan situasi politik.

Suku Bunga

Suku bunga adalah biaya pinjaman atau imbal hasil simpanan uang. Suku bunga yang tinggi akan menarik arus modal masuk ke suatu negara, karena investor akan mendapatkan keuntungan lebih besar. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut, sehingga nilai valasnya naik. Sebaliknya, suku bunga yang rendah akan menyebabkan arus modal keluar dari suatu negara, karena investor akan mencari keuntungan di tempat lain. Hal ini akan menurunkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut, sehingga nilai valasnya turun.

Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum. Inflasi yang tinggi akan menurunkan daya beli mata uang domestik, sehingga barang dan jasa dalam negeri menjadi lebih mahal dibandingkan dengan barang dan jasa luar negeri. Hal ini akan meningkatkan impor dan menurunkan ekspor, sehingga permintaan terhadap mata uang domestik berkurang. Akibatnya, nilai valas mata uang domestik menurun. Sebaliknya, inflasi yang rendah akan meningkatkan daya beli mata uang domestik, sehingga barang dan jasa dalam negeri menjadi lebih murah dibandingkan dengan barang dan jasa luar negeri. Hal ini akan menurunkan impor dan meningkatkan ekspor, sehingga permintaan terhadap mata uang domestik bertambah. Akibatnya, nilai valas mata uang domestik naik.

Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran adalah catatan transaksi ekonomi antara suatu negara dengan negara lain dalam periode tertentu. Neraca pembayaran terdiri dari neraca transaksi berjalan (current account) dan neraca transaksi modal (capital account). Neraca transaksi berjalan mencatat transaksi barang, jasa, pendapatan faktor produksi, dan transfer unilateral. Neraca transaksi modal mencatat transaksi investasi langsung, investasi portofolio, pinjaman, dan cadangan devisa. Jika neraca pembayaran mengalami surplus, artinya penerimaan dari luar negeri lebih besar daripada pengeluaran ke luar negeri. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang domestik, sehingga nilai valasnya naik. Jika neraca pembayaran mengalami defisit, artinya pengeluaran ke luar negeri lebih besar daripada penerimaan dari luar negeri. Hal ini akan menurunkan permintaan terhadap mata uang domestik, sehingga nilai valasnya turun.

Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga di pasar uang. Kebijakan moneter dapat bersifat ekspansif atau kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif bertujuan untuk meningkatkan jumlah uang beredar dan menurunkan tingkat suku bunga di pasar uang. Hal ini akan merangsang permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan moneter ekspansif juga dapat menimbulkan tekanan inflasi dan defisit neraca pembayaran, yang dapat menurunkan nilai valas. Kebijakan moneter kontraktif bertujuan untuk menurunkan jumlah uang beredar dan meningkatkan tingkat suku bunga di pasar uang. Hal ini akan menekan permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan moneter kontraktif juga dapat mengendalikan inflasi dan surplus neraca pembayaran, yang dapat meningkatkan nilai valas.

Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur penerimaan dan pengeluaran negara melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Kebijakan fiskal dapat bersifat ekspansif atau kontraktif. Kebijakan fiskal ekspansif bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran negara dan/atau menurunkan penerimaan negara melalui peningkatan belanja publik dan/atau pengurangan pajak. Hal ini akan merangsang permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan fiskal ekspansif juga dapat menimbulkan defisit anggaran dan defisit neraca pembayaran, yang dapat menurunkan nilai valas. Kebijakan fiskal kontraktif bertujuan untuk menurunkan pengeluaran negara dan/atau meningkatkan penerimaan negara melalui pengurangan belanja publik dan/atau peningkatan pajak. Hal ini akan menekan permintaan agregat dan pertumbuhan ekonomi. Namun, kebijakan fiskal kontraktif juga dapat menghasilkan surplus anggaran dan surplus neraca pembayaran, yang dapat meningkatkan nilai valas.

Situasi Politik

Situasi politik adalah kondisi yang berkaitan dengan pemerintahan, keamanan, hukum, dan hubungan internasional suatu negara. Situasi politik yang stabil, damai, demokratis, dan kooperatif akan menciptakan iklim usaha yang kondusif, sehingga menarik investor asing untuk berinvestasi di suatu negara. Hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut, sehingga nilai valasnya naik. Sebaliknya, situasi politik yang tidak stabil, konflik, otoriter, dan konfrontatif akan menimbulkan ketidakpastian dan risiko usaha yang tinggi, sehingga menghalangi investor asing untuk berinvestasi di suatu negara. Hal ini akan menurunkan permintaan terhadap mata uang negara tersebut, sehingga nilai valasnya turun.

Nilai valas dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan politik yang memengaruhi permintaan dan penawaran mata uang asing di pasar valas. Faktor-faktor ekonomi meliputi suku bunga, inflasi, neraca pembayaran, kebijakan moneter, dan kebijakan fiskal. Faktor-faktor politik meliputi situasi politik dalam negeri maupun luar negeri. Faktor-faktor tersebut dapat memiliki dampak positif atau negatif terhadap nilai valas suatu negara. Oleh karena itu, pemerintah perlu melakukan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal serta menjaga stabilitas politik untuk menciptakan nilai valas yang optimal bagi kesejahteraan rakyat.