Investasi adalah salah satu cara untuk meningkatkan nilai aset dan mencapai tujuan keuangan anda. Namun, investasi juga memiliki risiko yang harus Anda pertimbangkan sebelum memutuskan untuk menempatkan uang Anda di berbagai instrumen investasi.
Risiko investasi adalah kemungkinan bahwa hasil investasi Anda akan berbeda dari yang diharapkan, atau bahkan mengalami kerugian.

Toleransi risiko adalah kemampuan dan kesiapan Anda untuk menanggung risiko investasi. Toleransi risiko dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti usia, pendapatan, tujuan investasi, jangka waktu investasi, pengetahuan dan pengalaman investasi, serta sikap dan emosi Anda terhadap fluktuasi pasar. Toleransi risiko dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu konservatif, moderat, dan agresif.

  • Investor konservatif adalah investor yang tidak mau mengambil risiko tinggi dan lebih mengutamakan keamanan dan stabilitas investasi. Investor konservatif biasanya memiliki tujuan investasi jangka pendek, pendapatan rendah atau tetap, usia lanjut, atau pengetahuan dan pengalaman investasi yang terbatas. Investor konservatif cocok untuk memilih instrumen investasi yang memiliki risiko rendah, seperti deposito, obligasi, reksa dana pasar uang, atau emas.
  • Investor moderat adalah investor yang bersedia mengambil risiko sedang dan mengharapkan imbal hasil yang cukup baik. Investor moderat biasanya memiliki tujuan investasi jangka menengah, pendapatan menengah, usia produktif, atau pengetahuan dan pengalaman investasi yang cukup. Investor moderat cocok untuk memilih instrumen investasi yang memiliki risiko menengah, seperti reksa dana campuran, saham blue chip, atau properti.
  • Investor agresif adalah investor yang berani mengambil risiko tinggi dan mengejar imbal hasil yang tinggi. Investor agresif biasanya memiliki tujuan investasi jangka panjang, pendapatan tinggi, usia muda, atau pengetahuan dan pengalaman investasi yang luas. Investor agresif cocok untuk memilih instrumen investasi yang memiliki risiko tinggi, seperti reksa dana saham, saham spekulatif, atau derivatif.

Untuk membangun portofolio investasi yang sesuai dengan toleransi risiko Anda, Anda perlu melakukan beberapa langkah berikut:

  • Tentukan tujuan investasi Anda, seperti untuk dana pensiun, pendidikan anak, atau membeli rumah.
  • Tentukan jangka waktu investasi Anda, yaitu kapan Anda ingin mencapai tujuan investasi Anda.
  • Tentukan profil risiko Anda, yaitu seberapa besar risiko yang dapat Anda terima dan seberapa besar imbal hasil yang Anda inginkan.
  • Pilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko Anda, dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti likuiditas, diversifikasi, biaya, dan pajak.
  • Lakukan evaluasi dan penyesuaian secara berkala, untuk memantau kinerja portofolio Anda dan mengubah alokasi aset jika diperlukan.
     

Contoh Portofolio Investasi Berdasarkan Toleransi Risiko

Berikut ini adalah contoh portofolio investasi berdasarkan toleransi risiko, dengan asumsi bahwa tujuan investasi adalah untuk dana pensiun, jangka waktu investasi adalah 20 tahun, dan dana investasi adalah Rp 100 juta:

  • Portofolio konservatif: 60% deposito, 30% obligasi, 10% reksa dana pasar uang. Imbal hasil rata-rata tahunan: 6%. Nilai portofolio setelah 20 tahun: Rp 320 juta.
  • Portofolio moderat: 40% reksa dana campuran, 30% saham blue chip, 20% properti, 10% emas. Imbal hasil rata-rata tahunan: 12%. Nilai portofolio setelah 20 tahun: Rp 964 juta.
  • Portofolio agresif: 60% reksa dana saham, 30% saham spekulatif, 10% derivatif. Imbal hasil rata-rata tahunan: 18%. Nilai portofolio setelah 20 tahun: Rp 2,8 miliar.

Kesimpulan

Membangun portofolio investasi yang sesuai dengan toleransi risiko Anda adalah salah satu kunci untuk mencapai tujuan keuangan Anda. Anda perlu mengetahui profil risiko Anda, memilih instrumen investasi yang cocok, dan melakukan evaluasi dan penyesuaian secara berkala. Dengan demikian, Anda dapat mengoptimalkan imbal hasil investasi Anda dan mengurangi risiko kerugian. Plus minus dari diversifikasi portofolio antara lain adalah mengurangi risiko sistematis, meningkatkan potensi imbal hasil, memanfaatkan peluang pasar, namun juga membutuhkan biaya, waktu, dan pengetahuan yang lebih banyak. Cara melakukan diversifikasi portofolio meliputi langkah-langkah berikut: memahami tingkat toleransi terhadap risiko, menentukan target aset yang siap diinvestasikan, rutin melakukan rebalancing, memahami kapasitas risiko, dan fokus terhadap tujuan keuangan jangka panjang atau pendek sesuai keinginan yang ingin anda capai, semoga bermanfaat.