Investasi adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan keuangan, seperti pensiun, pendidikan, atau liburan. Namun, investasi tidak hanya melibatkan aspek teknis, seperti memilih instrumen, strategi, dan portofolio yang tepat, tetapi juga aspek psikologis, seperti mengelola emosi dan pengambilan keputusan yang rasional. Psikologi investasi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan pengaruh emosi terhadap pengambilan keputusan investor.

Emosi adalah reaksi batin yang timbul akibat rangsangan dari dalam atau luar diri. Emosi dapat berupa positif, seperti senang, bangga, atau puas, atau negatif, seperti sedih, marah, atau takut. Emosi dapat mempengaruhi kinerja investasi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, emosi dapat memicu tindakan yang impulsif, seperti menjual saat harga turun atau membeli saat harga naik, tanpa mempertimbangkan analisis dan rencana investasi yang telah dibuat. Secara tidak langsung, emosi dapat mempengaruhi persepsi, penilaian, dan ekspektasi terhadap informasi yang berkaitan dengan investasi.

Pengambilan keputusan adalah proses memilih alternatif terbaik dari beberapa pilihan yang ada. Pengambilan keputusan yang rasional adalah pengambilan keputusan yang didasarkan pada fakta, data, dan logika, serta sesuai dengan tujuan dan profil risiko investor. Namun, pengambilan keputusan yang rasional seringkali terganggu oleh berbagai bias dan heuristik yang berasal dari emosi, intuisi, atau pengalaman investor. Bias adalah kesalahan sistematis dalam berpikir atau bertindak yang menyimpang dari kenyataan atau rasionalitas. Heuristik adalah aturan praktis atau jalan pintas mental yang digunakan untuk mempermudah pengambilan keputusan, tetapi juga dapat menimbulkan kesalahan.

Beberapa contoh bias dan heuristik yang sering dialami oleh investor adalah:

  • Overconfidence bias: kecenderungan untuk terlalu percaya diri terhadap kemampuan atau pengetahuan sendiri, sehingga mengabaikan informasi atau risiko yang relevan.
     
  • Confirmation bias: kecenderungan untuk mencari, menginterpretasi, atau mengingat informasi yang sesuai dengan keyakinan atau hipotesis sendiri, dan mengabaikan atau menolak informasi yang bertentangan.
     
  • Loss aversion: kecenderungan untuk merasa lebih sakit atau takut mengalami kerugian daripada merasa senang atau puas mendapatkan keuntungan yang sama besarnya, sehingga menghindari atau menunda menjual saham yang rugi dan terlalu cepat menjual saham yang untung.
     
  • Anchoring bias: kecenderungan untuk bergantung pada informasi awal atau acuan tertentu dalam membuat keputusan, sehingga sulit mengubah pendapat atau tindakan meskipun ada informasi baru atau perubahan kondisi.
     
  • Herd mentality: kecenderungan untuk mengikuti perilaku atau keputusan mayoritas, tanpa mempertimbangkan situasi atau preferensi individu, sehingga terbentuk tren atau bubble yang tidak rasional.

 

Untuk mengelola emosi dan pengambilan keputusan yang lebih baik, investor perlu melakukan beberapa hal, seperti:
 

  • Menetapkan tujuan investasi yang jelas, spesifik, terukur, realistis, dan berbatas waktu, serta mengikuti rencana investasi yang telah dibuat dengan disiplin dan konsisten.
     
  • Mengetahui profil risiko sendiri, yaitu tingkat risiko yang mampu dan bersedia ditanggung, serta memilih instrumen, strategi, dan portofolio investasi yang sesuai dengan profil risiko tersebut.
     
  • Melakukan riset dan analisis yang mendalam dan objektif terhadap instrumen, pasar, dan kondisi investasi, serta mengikuti perkembangan informasi yang relevan dan terpercaya.
     
  • Menyusun aturan atau kriteria untuk masuk dan keluar investasi, serta mengevaluasi kinerja investasi secara berkala, dengan menggunakan indikator yang rasional, seperti return, risiko, rasio Sharpe, atau rasio Sortino.
     
  • Melakukan diversifikasi investasi, yaitu menyebar investasi ke berbagai instrumen, sektor, atau pasar yang berbeda, sehingga dapat mengurangi risiko dan meningkatkan return.
     
  • Membuat jurnal investasi, yaitu mencatat setiap keputusan dan tindakan investasi, beserta alasan, emosi, dan hasilnya, sehingga dapat merefleksikan dan memperbaiki kesalahan atau kelemahan yang ada.

Psikologi investasi adalah ilmu yang penting untuk dipelajari dan dipahami oleh investor, karena dapat membantu mengelola emosi dan pengambilan keputusan yang lebih baik. Dengan demikian, investor dapat meningkatkan kinerja dan mencapai tujuan investasi yang diinginkan. Untuk mempelajari lebih lanjut tentang psikologi investasi. Terimakasih semoga bermanfaat