Investasi adalah salah satu cara untuk mengembangkan aset dan memperoleh penghasilan tambahan. Namun, investasi juga memiliki risiko yang harus diantisipasi dan diminimalkan. Oleh karena itu, investor harus memilih instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko, tujuan, dan jangka waktu investasi mereka.

Salah satu instrumen investasi yang banyak dipilih oleh investor adalah obligasi. Obligasi adalah surat utang yang diterbitkan oleh pihak penerbit, baik pemerintah maupun swasta, untuk memperoleh dana dari masyarakat. Dengan membeli obligasi, investor menjadi kreditur yang berhak mendapatkan bunga (kupon) secara berkala dan pokok utang pada saat jatuh tempo.

Obligasi pemerintah adalah obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, baik pusat maupun daerah, untuk membiayai kegiatan pembangunan dan pelayanan publik. Obligasi pemerintah memiliki beberapa kelebihan dibandingkan obligasi swasta, antara lain:

  • Aman. Obligasi pemerintah dijamin oleh negara, sehingga risiko gagal bayar (default) sangat rendah. Investor tidak perlu khawatir kehilangan modal atau bunga yang telah dijanjikan.

  • Stabil. Obligasi pemerintah memiliki fluktuasi harga yang relatif rendah, karena dipengaruhi oleh faktor makroekonomi seperti inflasi, suku bunga, dan pertumbuhan ekonomi. Investor dapat memprediksi arah pergerakan harga obligasi pemerintah dengan lebih mudah.

  • Likuid. Obligasi pemerintah memiliki pasar sekunder yang aktif, sehingga investor dapat menjual atau membeli obligasi pemerintah kapan saja dengan mudah. Investor juga dapat memanfaatkan fasilitas repo (repurchase agreement) untuk mendapatkan dana tunai dengan menjaminkan obligasi pemerintah yang dimiliki.

  • Bervariasi. Obligasi pemerintah memiliki berbagai jenis dan karakteristik, sehingga investor dapat memilih obligasi pemerintah yang sesuai dengan kebutuhan dan preferensi mereka. Beberapa jenis obligasi pemerintah yang umum diperdagangkan di Indonesia adalah:

    • Surat Utang Negara (SUN). SUN adalah obligasi pemerintah yang diterbitkan dalam mata uang rupiah dengan jangka waktu antara 1 hingga 30 tahun. SUN memiliki kupon tetap yang dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan. Contoh SUN adalah ORI (Obligasi Ritel Indonesia), FR (Fixed Rate), dan SBR (Savings Bond Ritel).
    • Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). SBSN adalah obligasi pemerintah yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, yaitu tanpa mengandung unsur riba, gharar, dan maysir. SBSN memiliki jangka waktu antara 3 hingga 30 tahun. SBSN memberikan imbal hasil yang disebut sebagai bagi hasil, yang dibayarkan setiap 3 atau 6 bulan. Contoh SBSN adalah ST (Sukuk Tabungan), SPN-S (Sukuk Negara), dan PBS (Project-Based Sukuk).
    • Surat Utang Negara Valas (SUN Valas). SUN Valas adalah obligasi pemerintah yang diterbitkan dalam mata uang asing, seperti dolar Amerika, euro, atau yen. SUN Valas memiliki jangka waktu antara 3 hingga 30 tahun. SUN Valas memiliki kupon tetap yang dibayarkan setiap 6 bulan. Contoh SUN Valas adalah Global Bond, Samurai Bond, dan Komodo Bond.

Investasi di pasar obligasi pemerintah memiliki manfaat bagi investor, antara lain:

  • Mendapatkan penghasilan tetap. Investor dapat mendapatkan penghasilan tetap dari bunga atau bagi hasil yang dibayarkan oleh penerbit obligasi pemerintah secara berkala. Penghasilan tetap ini dapat membantu investor untuk memenuhi kebutuhan hidup atau mencapai tujuan keuangan tertentu.
  • Mendiversifikasi portofolio. Investor dapat mendiversifikasi portofolio investasi mereka dengan menambahkan obligasi pemerintah sebagai salah satu komponen. Dengan demikian, investor dapat mengurangi risiko dan meningkatkan return yang diharapkan dari portofolio investasi mereka.
  • Mendukung pembangunan negara. Investor dapat berpartisipasi dalam mendukung pembangunan negara dengan membeli obligasi pemerintah. Dengan demikian, investor dapat berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat perekonomian nasional.

Namun, investasi di pasar obligasi pemerintah juga memiliki beberapa kekurangan, antara lain:

  • Rendahnya imbal hasil. Obligasi pemerintah cenderung memiliki imbal hasil yang lebih rendah dibandingkan obligasi swasta, karena risikonya juga lebih rendah. Investor yang menginginkan imbal hasil yang lebih tinggi mungkin tidak puas dengan investasi di obligasi pemerintah.
  • Adanya risiko pasar. Obligasi pemerintah memiliki risiko pasar, yaitu risiko yang timbul akibat perubahan kondisi pasar yang mempengaruhi harga obligasi. Jika suku bunga naik, harga obligasi akan turun, dan sebaliknya. Investor yang menjual obligasi pemerintah sebelum jatuh tempo mungkin akan mengalami kerugian jika harga obligasi turun.
  • Adanya risiko valuta asing. Obligasi pemerintah yang diterbitkan dalam mata uang asing memiliki risiko valuta asing, yaitu risiko yang timbul akibat perubahan nilai tukar mata uang. Jika mata uang asing menguat terhadap rupiah, investor yang membeli obligasi pemerintah dalam mata uang asing akan mendapatkan keuntungan, dan sebaliknya.

Untuk mengilustrasikan investasi di pasar obligasi pemerintah, berikut adalah contoh kasus yang dapat Anda simak:

  • Andi adalah seorang pegawai swasta yang berusia 35 tahun. Ia memiliki penghasilan bulanan sebesar Rp 15 juta dan tabungan sebesar Rp 100 juta. Ia ingin berinvestasi di pasar obligasi pemerintah untuk mempersiapkan dana pendidikan anaknya yang berusia 5 tahun. Ia berencana untuk menggunakan dana tersebut ketika anaknya berusia 18 tahun, yaitu 13 tahun lagi.
  • Andi memilih untuk membeli ORI019, yaitu SUN yang diterbitkan pada tahun 2023 dengan kupon sebesar 6,5% per tahun dan jatuh tempo pada tahun 2033. Harga ORI019 saat ini adalah Rp 100.000 per unit. Andi membeli 1.000 unit ORI019 dengan total nilai sebesar Rp 100 juta.
  • Setiap 6 bulan, Andi akan mendapatkan bunga sebesar Rp 3,25 juta (6,5% x Rp 100 juta x 6/12). Andi memutuskan untuk menabung bunga tersebut di rekening bank yang memberikan bunga sebesar 4% per tahun. Setelah 10 tahun, Andi akan mendapatkan pokok utang sebesar Rp 100 juta dari ORI019. Andi juga akan menabung pokok utang tersebut di rekening bank yang sama.
  • Setelah 13 tahun, Andi akan memiliki dana sebesar Rp 165,8 juta, yang terdiri dari Rp 100 juta pokok utang dan Rp 65,8 juta bunga yang telah ditabung. Dana tersebut dapat digunakan oleh Andi untuk membiayai pendidikan anaknya.

Dari contoh kasus di atas, Anda dapat melihat bahwa investasi di pasar obligasi pemerintah dapat memberikan penghasilan tetap yang stabil dan aman bagi investor. Namun, Anda juga harus memperhatikan risiko dan imbal hasil yang ditawarkan oleh obligasi pemerintah yang Anda pilih. Anda juga harus menyesuaikan investasi Anda dengan profil risiko, tujuan, dan jangka waktu investasi Anda. Semoga artikel ini bermanfaat bagi Anda yang ingin berinvestasi di pasar obligasi pemerintah.