Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan bagi perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Ekonomi Indonesia mengalami kontraksi terdalam pada kuartal II 2020 sebesar -5,3% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tingkat pengangguran juga meningkat menjadi 7,1% dari 5,2% pada tahun 2019. Namun, dengan pengendalian pandemi yang didukung oleh stimulus fiskal dan moneter, perekonomian Indonesia mulai memasuki fase pemulihan. Salah satu indikator yang menunjukkan hal ini adalah peningkatan realisasi investasi, baik dari dalam maupun luar negeri.

Di tengah situasi yang penuh tantangan ini, para investor perlu menavigasi pasar yang berubah dengan cepat dengan bijak. Investor perlu mengadaptasi strategi investasi mereka sesuai dengan kondisi pasar yang dinamis dan volatil. Investor juga perlu memanfaatkan peluang investasi yang muncul akibat pandemi, serta mengantisipasi risiko investasi yang meningkat.

Berikut adalah beberapa tips untuk berinvestasi pasca pandemi dengan bijak:

Tetapkan Tujuan dan Jangka Waktu Investasi

Sebelum berinvestasi, investor perlu menetapkan tujuan dan jangka waktu investasi mereka. Tujuan investasi adalah alasan mengapa investor berinvestasi dan apa yang ingin dicapai dari investasi tersebut. Jangka waktu investasi adalah periode waktu yang direncanakan untuk menempatkan dananya di instrumen investasi tertentu.

Tujuan dan jangka waktu investasi akan mempengaruhi pilihan instrumen investasi yang sesuai dengan profil risiko dan kebutuhan investor. Misalnya, jika tujuan investor adalah untuk mempersiapkan dana pensiun 20 tahun lagi, maka investor bisa memilih instrumen investasi jangka panjang yang memiliki potensi imbal hasil tinggi, seperti saham atau reksa dana saham. Namun, jika tujuan investor adalah untuk memiliki dana darurat 6 bulan lagi, maka investor bisa memilih instrumen investasi jangka pendek yang memiliki likuiditas tinggi dan risiko rendah, seperti deposito atau reksa dana pasar uang.

Untuk menetapkan tujuan dan jangka waktu investasi, investor bisa menggunakan metode SMART, yaitu Specific (spesifik), Measurable (terukur), Achievable (tercapai), Relevant (relevan), dan Time-bound (berbatas waktu). Contoh tujuan investasi yang SMART adalah: Saya ingin mengumpulkan dana sebesar Rp100 juta dalam 5 tahun untuk membeli rumah dengan berinvestasi di reksa dana campuran.

Lakukan Riset dan Analisis

Setelah menetapkan tujuan dan jangka waktu investasi, investor perlu melakukan riset dan analisis tentang instrumen investasi yang dipilih. Riset dan analisis adalah proses untuk mengumpulkan dan mengolah informasi yang relevan dan akurat tentang kinerja dan prospek instrumen investasi tersebut. Riset dan analisis bertujuan untuk membantu investor dalam mengambil keputusan investasi yang tepat dan rasional.

Riset dan analisis dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif adalah metode yang menggunakan data numerik dan statistik untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja instrumen investasi. Metode kuantitatif meliputi analisis rasio keuangan, analisis valuasi, analisis teknikal, dan lain-lain.

Metode kualitatif adalah metode yang menggunakan data non-numerik dan naratif untuk memahami dan menafsirkan kondisi instrumen investasi. Metode kualitatif meliputi analisis fundamental, analisis SWOT, analisis PESTEL, dan lain-lain.

Untuk melakukan riset dan analisis yang baik, investor perlu menggunakan sumber informasi yang terpercaya dan aktual, seperti laporan keuangan, laporan tahunan, siaran pers, berita, artikel, podcast, video, webinar, atau kursus online. Investor juga perlu menggunakan alat bantu yang memadai, seperti spreadsheet, grafik, indikator, atau aplikasi.

Diversifikasi Portofolio

Diversifikasi portofolio adalah strategi untuk menyebar risiko investasi dengan menempatkan modal pada berbagai instrumen investasi yang memiliki korelasi rendah atau negatif. Dengan diversifikasi portofolio, investor dapat mengurangi dampak kerugian dari salah satu instrumen investasi terhadap portofolio secara keseluruhan.

Untuk melakukan diversifikasi portofolio, investor perlu mempertimbangkan beberapa faktor, seperti jumlah instrumen investasi, jenis instrumen investasi, sektor industri, geografis pasar, dan siklus bisnis. Investor juga perlu menyesuaikan alokasi dana pada masing-masing instrumen investasi sesuai dengan profil risiko, tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan kondisi pasar.

Diversifikasi portofolio menjadi semakin penting di era pasca pandemi, karena pasar menjadi lebih tidak pasti dan tidak stabil. Investor perlu memilih instrumen investasi yang dapat bertahan di tengah krisis, serta memanfaatkan peluang yang muncul akibat perubahan perilaku konsumen dan tren industri.

Monitor dan Evaluasi

Monitor dan evaluasi adalah proses untuk mengukur dan membandingkan kinerja portofolio investasi dengan target imbal hasil yang ditetapkan. Monitor dan evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah portofolio investasi telah mencapai tujuan investasi atau tidak, serta untuk melakukan perubahan atau penambahan instrumen investasi jika diperlukan.

Untuk melakukan monitor dan evaluasi yang efektif, investor perlu menetapkan target imbal hasil yang realistis dan konsisten dengan profil risiko, tujuan investasi, jangka waktu investasi, dan kondisi pasar. Investor juga perlu melakukan monitor dan evaluasi secara berkala, misalnya per bulan, per semester, atau per tahun.

Monitor dan evaluasi menjadi semakin penting di era pasca pandemi, karena pasar menjadi lebih dinamis dan volatil. Investor perlu mengikuti perkembangan pasar dan instrumen investasi secara terus-menerus, serta melakukan penyesuaian strategi investasi jika diperlukan.

Peluang dan Tantangan Investasi di Indonesia

Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang dapat menarik minat investor, seperti potensi pasar domestik yang besar, sumber daya alam yang melimpah, dan bonus demografi. Menurut sensus penduduk terbaru yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020, 53,8% penduduk Indonesia didominasi oleh generasi Z dan milenial. Generasi ini diharapkan dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi di masa depan dengan konsumsi dan produktivitasnya.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga telah melakukan reformasi struktural untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif. Salah satunya adalah Omnibus Law untuk penciptaan lapangan kerja yang merupakan reformasi terbesar sejak krisis 1997-1998. Undang-undang ini bertujuan untuk menyederhanakan perizinan dan regulasi, serta meningkatkan fleksibilitas pasar tenaga kerja. Omnibus Law juga menjadi dasar untuk pembentukan Sovereign Wealth Fund (SWF) pertama di Indonesia yang akan mengelola investasi untuk proyek-proyek strategis nasional.

Namun, di sisi lain, Indonesia juga menghadapi beberapa tantangan dalam meningkatkan investasi pasca pandemi. Salah satunya adalah ketidakpastian global akibat pandemi yang masih berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kepercayaan dan keputusan investor, terutama dalam jangka pendek. Selain itu, Indonesia juga harus meningkatkan daya saingnya dibandingkan negara-negara lain yang juga berupaya menarik investasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi daya saing Indonesia adalah infrastruktur, kualitas sumber daya manusia, inovasi, dan tata kelola pemerintahan.

Sektor-sektor Investasi yang Menjanjikan

Meskipun pandemi Covid-19 telah mengubah pola konsumsi dan perilaku masyarakat, ada beberapa sektor investasi yang masih menjanjikan di masa depan. Berdasarkan data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi langsung asing (FDI) di Indonesia pada tahun 2020 naik 1,6% dalam dolar AS. Peningkatan ini didorong oleh FDI di sektor-sektor sekunder, terutama sektor logam dasar yang merupakan dampak positif dari kebijakan pemerintah untuk mendorong hilirisasi di sektor berbasis komoditas. Selain itu, realisasi investasi langsung domestik (DDI) juga tumbuh stabil sebesar 7% pada tahun 2020.

Beberapa sektor investasi yang dinilai bisa bertahan di tengah krisis dan memiliki prospek baik di masa depan adalah sebagai berikut:

  • Sektor energi: Sektor ini masih memiliki potensi besar untuk dikembangkan, terutama dalam hal energi terbarukan dan efisiensi energi. Indonesia memiliki sumber energi terbarukan yang melimpah, seperti panas bumi, surya, angin, biomassa, dan air. Pemerintah juga telah menetapkan target untuk mencapai bauran energi terbarukan sebesar 23% pada tahun 2025. Selain itu, peningkatan permintaan energi seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan populasi juga menjadi peluang bagi investor di sektor ini.

  • Sektor infrastruktur: Sektor ini merupakan salah satu prioritas pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp 414,5 triliun untuk pembangunan infrastruktur pada tahun 2021. Beberapa proyek infrastruktur yang sedang dan akan dilaksanakan antara lain adalah pembangunan jalan tol, kereta api, bandara, pelabuhan, dan kawasan industri. Pemerintah juga membuka peluang bagi swasta dan asing untuk berpartisipasi dalam pembiayaan dan pengelolaan proyek-proyek infrastruktur melalui skema kerjasama pemerintah dan badan usaha (KPBU) atau SWF.

  • Sektor perbankan: Sektor ini masih memiliki ruang untuk tumbuh, terutama dalam hal inklusi keuangan dan digitalisasi. Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rasio inklusi keuangan di Indonesia pada tahun 2019 mencapai 76,19%, yang berarti masih ada sekitar 24% penduduk yang belum memiliki akses ke layanan keuangan formal. Selain itu, pandemi Covid-19 juga mendorong percepatan transformasi digital di sektor perbankan, seperti penggunaan mobile banking, internet banking, e-money, dan fintech. Hal ini dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan kualitas layanan perbankan.

  • Sektor teknologi: Sektor ini merupakan salah satu sektor yang paling dinamis dan inovatif di era digital. Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pusat teknologi di Asia Tenggara, dengan jumlah pengguna internet terbesar di kawasan ini, yaitu sekitar 196 juta orang pada tahun 2020. Beberapa subsektor teknologi yang menarik untuk diinvestasikan antara lain adalah e-commerce, edutech, healthtech, agritech, dan game. Indonesia juga telah melahirkan beberapa unicorn dan decacorn di sektor teknologi, seperti Gojek, Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, dan OVO.

  • Sektor makanan dan agrikultur: Sektor ini merupakan salah satu sektor yang penting untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan beragam komoditas pertanian, seperti padi, jagung, kelapa sawit, karet, kakao, dan kopi. Namun, sektor ini juga menghadapi beberapa tantangan, seperti rendahnya produktivitas, ketergantungan pada impor, perubahan iklim, dan pandemi Covid-19. Oleh karena itu, diperlukan investasi untuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi makanan dan agrikultur di Indonesia. Beberapa aspek yang dapat diinvestasikan antara lain adalah penelitian dan pengembangan, teknologi pertanian, irigasi, pengolahan pascapanen, dan distribusi.

 

Investasi pasca pandemi merupakan salah satu faktor kunci untuk memulihkan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Indonesia memiliki beberapa keunggulan yang dapat menarik minat investor, seperti potensi pasar domestik yang besar, sumber daya alam yang melimpah, bonus demografi, dan reformasi struktural. Namun, Indonesia juga harus mengatasi beberapa tantangan yang dihadapi dalam meningkatkan investasi pasca pandemi, seperti ketidakpastian global akibat pandemi yang masih berlangsung, daya saing dengan negara-negara lain yang juga berupaya menarik investasi. Beberapa sektor investasi yang menjanjikan di masa depan adalah sektor energi, infrastruktur, perbankan, teknologi, dan makanan dan agrikultur.